NASKAH
DRAMA BAHASA INDONESIA
Judul:
KASTA DI ATAS SEGALANYA
Pemain:
1. Zevana
2. Maurin
3. Vita
4. Aryo
5. Angga
6. Narator 1
7. Narator 2
Narator
1:
Zevana
dan Maurin merupakan sahabat baik.
Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga jatuh miskin, Zevana pun tak ingin lagi
bersahabat dengan Maurin. Pada siang hari, ketika Maurin, Zevana, Aryo, Vita,
Angga, sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah,
Maurin dengan berat hati mengatakan kepada Zevana untuk membantunya. Karena menurutnya
Zevana lah yang bisa menolongnya dan Zevana merupakan sahabatnya, malah yang
terjadi adalah Zevana balik menghina Maurin.
(BABAK
1)
Maurin
: “Zevana, bisakah kau
menolongku sedikit saja?”
Zevana
: “Apa? Menolongmu? Kau pikir
kau itu siapa yang harus aku tolong?”
Maurin
: “Kenapa dengan mu Zevana?
Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu?”
Zevana
: “Sahabat? Maaf ya aku tidak
punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang
yang kaya.”
Vita
: “Kenapa dengan kalian
berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu.”
Maurin
: “Tidak ada apa-apa kok. Kita
berdua baik-baik saja. Ya kan Zevana?”
Zevana : “Baik-baik saja? Gini ya Vita
, tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin
membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh.”
(
Maurin pun pergi karena mendengar perkataan Zevana seperti itu )
Vita
: “Jangan begitu Zevana.
Bukannya kau dan Maurin memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang
Maurin dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya.
Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang
sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya.”
Angga
: “Betul itu kata
si Vita. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu.
Kasian kan dia.”
Aryo : “Betul itu. Sahabat
seperti apa kau ini?”
Zevana
: “Kalian pikir siapa kalian
yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa.
Urus saja diri kalian masing-masing.”
Angga : “Kita bukannya
bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu
dan Maurin berakhir seperti ini.”
Zevana : “Halah itu bukan urusan ku
dan juga kalian.” ( Zevana pun langsung pulang )
Aryo : “Bisa-bisanya dia berbuat
begitu kepada Maurin. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela
Maurin ketika ada masalah?”
Vita : “Ya itu hanya dia yang
tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Zevana hanya mau berteman dengan orang yang kaya.”
Angga : “Pantas saja.”
Aryo : “Pantas apanya?”
Vita :” Sudahlah jangan dibahas
lagi, mending kita pulang saja.”
(BABAK
2)
Narator
2:
Keesokan
harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan
Maurin. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika
mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka
bertemu dengan Maurin di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas.
Vita
: “Hey bukannya itu Maurin?”
Angga
: “Ia benar itu
Maurin. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu.”
Aryo
: “Ia benar. Liat itu
Zevana? Apa yang sahabatmu lakukan?”
Zevana
: “Haha… Pasti sedang
mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin.”
Angga
: “Ayo kita
samperin saja dia.”
Vita
: “Maurin, apa yang sedang
kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini?”
Murin
: (dengan kaget)” Aku? Ya
seperti yang kalian liat.”
Zevana
: “Aku bilang juga apa. Pasti
dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang
miskin.”
Angga
: “Sudahlah Zevana,
begitu-begitu Maurin itu sahabatmu.”
Vita
:
“Maurin, kenapa kau tidak masuk sekolah lagi?”
Maurin
: “Begini, orang tua ku tidak
punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih
mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan
aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup.”
Aryo
: “Mulia betul hati mu
sobat.”
Zevana
: “Haha. Mulia apanya? Dia cuma
mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia.’
Maurin
: “Tega sekali kau berkata
begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi akumasih punya perasaan.
Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah
buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak
pernahmenyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran
bagi ku. Terima kasih Zevana.”
(Maurin
pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang
bercampur aduk)
Vita
:” Sudah puas kau menyakiti
dia? Ingat Zevana, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Maurin
rasakan sekarang.”
Aryo
dan Angga : “Betul itu.”
Zevana
: “Haha. Itu tidak mungkin.
Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki
banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi.
Haha.”(Sambil
tertawa Zevana pun jalan meninggalkan mereka bertiga)
Aryo
: ”Sombong sekali itu anak.
Semoga hidupnya baik-baik saja.”
Vita
: “Ya semoga saja. Memang
terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal
dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita.”
Angga
: “Ya betul itu.
Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Maurin”
……….(
mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )……….
Narator
1 dan Narator 2: Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Maurin dan
ketika semuanya telah terjadi, Zevana pun merasakan apa yang dulu Maurin
rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi, tetap saja
Zevana malah menyalahkan Maurin karena telah membuatnya mengalami hal sama
seperti Maurin.
TAMAT.
Narator
1 dan Narator 2
Amanat:
Nah,
teman-teman janganlah kalian seperti Zevana.kalian jangan mementingkan kasta di
atas segalanya. Janganlah kalian memilih-milih teman, karena semua teman itu
sama, walaupun mereka itu miskin atau kaya. Hanya status yang membedakannya.
Tapi, jangan jadikan status sebagai alasan kalian untuk membeda-bedakan teman. Dan lihatlah apa yang terjadi pada Zevana, ia
akhirnya mengalami hal yang sama seperti Maurin. Tapi, ia tak mau minta maaf
atas kesalahannya kepada Maurin. Malah ia balik menyalahkan Murin atas kejadian
yang dialaminya. Begitu pentingnya sekarang kasta seseorang, hingga mereka bisa
melupakan segalanya. Termasuk persahabatan.
Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar